Fenomena tentang berita-berita pemilu memperlihatkan bahwa perempuan kurang mendapat akses ke dunia publik, karena representasi perempuan di media lebih kecil, hampir setengahnya, daripada representasi laki-laki yang dijadikan sebagai narasumber oleh media cetak nasional. Dilihat dari komposisi perbandingan status perempuan dan laki-laki yang menjadi narasumber, masih ada kecenderungan media belum memberikan akses yang sama dan berimbang bagi semua profesi yang ada, khususnya perempuan, untuk menjadi narasumber utama. Perempuan masih lebih banyak diletakkan sebagai sumber pengamatan saja.Kecenderungan di atas muncul akibat konstruksi pemberitaan media yang bias gender. Dalam tulisan ini peneliti mengulas kajian tentang citra perempuan dalam pemberitaan di media online Penelitian ini adalah berita yang terdapat di media on line Kompas.com dan Detik.com yang memuat berita Caleg Perempuan peserta Pemilu 2014. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing dari Robert N. Entman.Hasil penelitian menunjukkan Framing Kompas.Com dan Detik.Com mendefinisikan masalah berita terkait caleg perempuan adalah bahwa perempuan yang berani mencalonkan diri kebanyakan terdiri dari orang-orang populer. Sedangkan perkiraan masalah berita terkait caleg perempuan pada pemilu 2014 secara umum peneliti mengelompokkan pada tiga kategori yakni citra fisik, citra populer dan citra konflik. Keputusan moral yang diajukan hasilnya menunjukkan menjadi alasan ekonomis,politis, pragmatis dan estetis.Rekomendasi penyelesaian yang diajukan yakni caleg perempuan dapat menjadi anggota parlemen jika memenuhi faktor pengetahuan dan pendidikannya, sisi spiritualnya, sisi perekonomiannya dan sisi peran publiknya di dunia politik.